01 July 2010

Pariwisata Berbasis Syariat Islam



Dari Dialog Budaya Aceh 2010

Gagasan tentang pariwisata berbasis Syari'at Islam mengemuka dalam Dialog Budaya : Pariwisata Sabang Berbasis Syariat Islam,yang digelar Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Banda Aceh di Aula Dishubkominfo Sabang, Sabtu (26/6). Pariwisata berbasis syariat di satu sisi dipandang sebagi peluang, tapi disisi lainnya menjadi tantangan tersendiri.

Dialog itu menampilkan tiga pembicara, Prof Misri A Muchsin (IAIN Ar-Raniry), Totok Yulianto (Pelaku Wisata), Tgk Ramli Yusuf (Mantan Ketua MAA Sabang) yang dipandu Mantan Ketua KNPI Sabang Sofyan Adam SH. Misri mengulas tentang pandangan Islam tentang pariwisata, dimana ada anjuran melakukan perjalanan untuk mencari ilmu dan rizki.

Diakuinya, masih ada pandangan negatif terhadap sektor wisata di kalangan ummat Islam, khususnya terkait dengan budaya impor yang bertentangan dengan syariat Islam. Dia mengetengahkan tiga konsep pariwisata Islami, pertama ekonomi pariwisata Islami. Wisata difokuskan antarnegara muslim. Potensi ini belum tergarap dengan baik. Negara-negara muslim di dunia adalah pasar baru yang perlu digarap dengan baik, dan menjadi alternatif terhadap pasar Amerika dan Eropa.

Kedua, Konsep pendidikan budaya pariwisata Islam dengan mengarahkan pengembangan budaya Islam di sektor pariwisata. Tujuannya untuk memperkuat nilai budaya Islam. Ketiga, konsep religius konservatif pariwisata Islami, dengan menjadikan industri pariwisata sesuai dengan aturan syariat Islam. Kebutuhan terhadap konsep ini akan meningkat seiring meningkatnya kesadaran bersyariat.

Sedangkan kekhawatiran masyarakat terhadap dampak negatif pariwisata, menurut pelaku wisata Totok Yulianto adalah hal yang wajar. Dan ini menjadi tantangan tersendiri. Sebab, masyarakat Aceh akan selalu menjaga daerahnya dari kegiatan yang bertentangan dengan syariat.Akan tetapi, pelaksanaan syariat Islam di Aceh tidak akan menghalangi upaya menarik arus wisatawan mancanegara. Sebab, di manapun wisatawan mancanegara itu menghargai aturan dan adat yang berlaku di daerah yang dikunjunginya.

Kepala Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Banda Aceh, Djuniat SSos menyebutkan kegiatan dialog dalam rangka Hut Kota Sabang ke-45 ini bertujuan memberikan wawasan kepada masyarakat mengenai hubungan positif antara pariwisata, budaya dan agama. Sehingga tidak menimbulkan kesalahan persepsi terhadap pariwisata Sabang.

No comments:

Post a Comment