12 July 2010

Hmm…Enaknya … Gurita…



Saya orang yang dibuat surprise dengan gurita. Maklum, seumur-umur saya baru mengecap enaknya menyantap Gurita di usia 27 tahun. Itu pun sewaktu saya sudah bermukim di Sabang. Sebelumnya sewaktu tinggal di Laweueng, Padang Tiji, Lueng Putu, Pidie, bahkan Banda Aceh sekalipun saya tak pernah mengenyam hewan air yang satu ini.
Suatu kali, keluarga saya memasak Gurita, sebagian di goreng selebihnya di masak rendang. Wah…rasanya bukan main. Padahal cuma digoreng biasa saja. Hmm….gak rugilah kalau ada yang mau coba tantangan kuliner Gurita. Saya pernah membayangkan kalau Gurita itu dagingnya pasti lebih a lot dari Sotong. Ternyata, kalau “diolah” dengan cara-cara tertentu justru enak digigit dan pingin nambah.
Rupa-rupanya, warga Sabang punya tradisi turun temurun dalam mengolah Gurita yang sempat jadi bintang di Piala Dunia 2010, lewat aksi klenik si Gurita Paul. Berikut tips mengolah Gurita :
1. Gurita dibersihkan lendir dan kotorannya.
2. Kemudian ditumbuk-tumbuk dengan benda tumpul, biasanya alat yang digunakan
adalah alu (bahasa Aceh : Alee beuso) sampai terlihat lembek dan agak
berbeda dari kondisi aslinya.
3. Setelah itu barulah guritanya direbus dengan dicampurkan daun kuda-kuda
alias on geureundong.
4. Jika sudah masak, daging gurita siap dipotong-potong untuk dimasak sesuai
selera.
Kalau proses ini sudah dilewati, Gurita jadi lebih enak. Mau disate, digoreng aja, atau bahkan direndang, ditumis pun rasanya cukup nikmat. Cuma sayangnya, kuliner Gurita di Sabang masih produk rumahan, konsumsi di rumah belaka. Paling yang sudah masuk ke pasaran cuma Sate Gurita. Nah, silakan mencoba tantangan kuliner Gurita.
Foto : www.gudangmateri.com/2010/02/gurita.html

No comments:

Post a Comment