09 December 2009

WN Belanda Telusuri Sejarah Masa Kecil di Sabang



SABANG – Pasangan suami Theo Schrisver (64) dan Lenie Swier (62) dua turis Belanda Rabu (21/10) kemarin berjalan kaki di seputar Achter Weg atau sekarang lebih dikenal dengan Jalan Untung Surapati.

Theo dan Isterinya sempat melongok ke gereja dan rumah nomor 63 yang pernah ditempati Lenie bersama orang tuanya semasa masih kecil.Mereka juga sempat memandang Europe House (kini Sabang Guesthouse) salah satu rumah yang pernah ditempati Lenie semasa kecil.

Theo yang ditanyai KPW Rabu (21/10) mengatakan ia dan isterinya sedang berjalan menyusuri jalan tersebut untuk melihat kembali sejumlah bangunan-bangunan historis di masa pendudukan Belanda di Sabang.

“Isteri saya sewaktu kecilnya dulu pernah menetap di Europe House yang terletak di ujung Achter Weg (Jl Untung Surapati),”tukasnya dalam bahasa Inggris seraya menunjuk posisi Europe House dalam peta yang diterbitkan pemerintah kerajaan Inggris pada tahun 1940-an. Theo sendiri asli warga Belanda, ia ke Sabang menemani napak tilas sang isteri.

Lenie membenarkan dirinya pernah mengecap bagaimana hidup di Sabang antara tahun 1946 – 1948. Dikisahkannya, sebagai anak tentara Belanda. Ia dan keluarganya menetap berpindah-pindah sesusia perjalanan tugas ayahnya Mr Swier. “Saya lahir di Magelang. Saya sempat di Sabang tiga tahun dan sekolah. Setelah itu orang tua saya kembali ke Belanda,”ujar Lenie dalam bahasa Indonesia yang fasih disela-sela percakapan dengan Serambi dan Direktur Sabang Heritage Society Albina Arrahman.

Permainan yang paling dikenal Lenie adalah Patok Lele, ia mengaku gemar bermain permainan yang menggunakan dua bilah kayu semasa kecilnya. Dia juga mengaku senang bermain di Van Heutz Weg (Jalan Diponegoro), di sini selain pohonnya rindang pemandangan ke teluk juga cukup indah. Hanya saja Lenie menilai sudah banyak yang berubah di Sabang.


Lenie sebenarnya bukan satu-satunya warga Belanda yang kembali ke Sabang menelusuri jejak kehidupan mereka. Sebut saja Mia Coning van Der Veen yang mengabadikan keindahan masa kecilnya di Sabang dalam bukunya Dromen Over Sabang. Buku yang ditulis dalam bahasa Belanda itu menukil sejarah kehidupan warga Borjuis Belanda di era Colen Station pada tahun 1890-an di era perdagangan bebas pertama (vrijhaven).dan buku Mia adalah satu-satunya literature tentang sejarah Sabang yang pernah ditulis oleh warga Belanda yang hidup di Sabang.(kpw).

No comments:

Post a Comment