JAKARTA, KAMIS - Industri pariwisata Indonesia menurut catatan terbaru yang dikeluarkan The Travel and Tourism Competitiveness Report 2009, berada di urutan 81 dunia, sedangkan Singapura, sesama negara anggota ASEAN, berhasil masuk dalam sepuluh besar (top ten) dunia.
Demikian hasil riset kelompok "think tank" World Economic Forum yang berbasis di Swiss, Rabu (3/3). Data yang dikumpulkan The Travel and Tourism Competitiveness Report berdasarkan data-data yang dipublikasikan dan berbagai masukan dari para pemimpin bisnis internasional.
Untuk negara-negara ASEAN, Singapura menempati urutan pertama, berturut-turut diikuti Malaysia (menempati posisi ke-32 dunia), Thailand (rangking 39), Brunei Darussalam (69),Indonesia (81), Filipina (86), Vietnam (89), dan Kamboja di peringkat 108.
Peringkat Top Ten berturut-turut diperoleh Swiss, Austria, Jerman, Perancis, Kanada, Spanyol, Swedia, Amerika Serikat, Australia, dan Singapura. Singapura merupakan satu-saatnya negara di Asia yang berhasil masuk sepuluh besar, mengalahkan Hong Kong yang berada di peringkat 12, dan Jepang di urutan 25. Sedangkan Korea Selatan berada di posisi 31, Taiwan (41), China (47), dan India peringkat 62.
Tahun 2009 mengambil tema ’Managing in a Time of Turbulance" yang merupakan refleksi terhadap kesulitan yang dihadapi industri pariwisata di dunia, menyusul krisis ekonomi yang sedang menaungi dunia.
"Kajian ini bertujuan memperlihatan faktor-faktor yang membuat industri pariwisata tetap aktraktif dari setiap negara," kata Jenifer Blanke, ekonom senior dari World Economic Forum’s Global Competitiveness Network.
Menurut Blanke, negara-negara yang masuk dalam Top Ten telah menunjukkan pentingnya regulasi dan dukungan kegiatan bisnis yang bisa mendukung bertumbuhnya industri turisme menjadi berkelas dunia.
Fokus penilaian didasarkan pada kualitas sumber daya manusia dalam memahami turisme, keramahan, fasilitas transportasi, tempat-tempat tujuan wisata yang menarik dan menjadi warisan budaya dunia, serta kebijakan dari pemerintahnya dalam mendukung dunia turisme.
Swiss, Austria dan Jerman merupakan tiga negara utama yang terkenal dengan lingkungannya yang sangat atraktif bagi pengembangan dunia pariwisata.
"Meskipun banyak ketidakpastian sampai berapa lama krisis ekonomi ini akan berlanjut dan seberapa dalam dampak yang dihasilkannya, namun sejarah menunjukkan dunia turisme (tetap) mampu mendatangkan keuntungan," kata Ufi Ibrahim, Chief Operating Officer dari The World Travel & Tourism Council (WTTC). (ant)
Untuk negara-negara ASEAN, Singapura menempati urutan pertama, berturut-turut diikuti Malaysia (menempati posisi ke-32 dunia), Thailand (rangking 39), Brunei Darussalam (69),Indonesia (81), Filipina (86), Vietnam (89), dan Kamboja di peringkat 108.
Peringkat Top Ten berturut-turut diperoleh Swiss, Austria, Jerman, Perancis, Kanada, Spanyol, Swedia, Amerika Serikat, Australia, dan Singapura. Singapura merupakan satu-saatnya negara di Asia yang berhasil masuk sepuluh besar, mengalahkan Hong Kong yang berada di peringkat 12, dan Jepang di urutan 25. Sedangkan Korea Selatan berada di posisi 31, Taiwan (41), China (47), dan India peringkat 62.
Tahun 2009 mengambil tema ’Managing in a Time of Turbulance" yang merupakan refleksi terhadap kesulitan yang dihadapi industri pariwisata di dunia, menyusul krisis ekonomi yang sedang menaungi dunia.
"Kajian ini bertujuan memperlihatan faktor-faktor yang membuat industri pariwisata tetap aktraktif dari setiap negara," kata Jenifer Blanke, ekonom senior dari World Economic Forum’s Global Competitiveness Network.
Menurut Blanke, negara-negara yang masuk dalam Top Ten telah menunjukkan pentingnya regulasi dan dukungan kegiatan bisnis yang bisa mendukung bertumbuhnya industri turisme menjadi berkelas dunia.
Fokus penilaian didasarkan pada kualitas sumber daya manusia dalam memahami turisme, keramahan, fasilitas transportasi, tempat-tempat tujuan wisata yang menarik dan menjadi warisan budaya dunia, serta kebijakan dari pemerintahnya dalam mendukung dunia turisme.
Swiss, Austria dan Jerman merupakan tiga negara utama yang terkenal dengan lingkungannya yang sangat atraktif bagi pengembangan dunia pariwisata.
"Meskipun banyak ketidakpastian sampai berapa lama krisis ekonomi ini akan berlanjut dan seberapa dalam dampak yang dihasilkannya, namun sejarah menunjukkan dunia turisme (tetap) mampu mendatangkan keuntungan," kata Ufi Ibrahim, Chief Operating Officer dari The World Travel & Tourism Council (WTTC). (ant)
No comments:
Post a Comment