Ada banyak peluang investasi di sektor pariwisata di Sabang yang belum dilirik usahawan. Tak hanya yang berskala besar, yan kecil-kecil dan menengah saja misalnya peluang untuk berkembangnya cukup besar jika dikelola dengan serius.
Kalau anda berjiwa entrepreneur, maka peluang usaha berikut ini menarik untuk anda lirik :
Money Changer, bisnis jasa pertukaran valuta asing ini termasuk paling dicari di Sabang. Sebagai daerah wisata, Sabang wajib punya usaha money changer untuk menunjang kemudahan turis dalam bertransaksi. Biasanya, turis yang mau ke Sabang mereka sudah duluan menukar uang di Banda Aceh, karena mereka tahu Sabang belum dilengkapi dengan money changer. Begitupun sebaliknya, jasa ini juga bida dimanfaatkan warga Sabang yang hendak berbisnis ke Singapura atau berwisata medis ke Malaysia.
Inbound Tour, ini juga masuk kategori bisnis jasa yang menyediakan paket perjalanan ke Sabang. Hingga kini belum ada biro travel yang menjual paket khusus ke Sabang. Kebanyakan turis, khususnya backpaker datang langsung ke Sabang dengan memanfaatkan jaringan, rekomendasi teman, atau langsung dari operator diving dan penyedia hunian. Jadi peluang Inbound terbuka lebar.
Sarana Rekreasi, wah..ini termasuk bisnis paling direkomendasikan di Sabang. Maklum warga pulau dan orang yang datang ke pulau kalau hanya menikmati panorama alam saja bisa suntuk. Jika ada yang berinvestasi di sektor sarana rekreasi seperti theme park, waterboom atau bahkan fun game sekalipun, daya tarik Sabang tambah kuat. Bukan itu saja, tapi keuntungannya Bung.
Perbelanjaan barang impor, bisnis ini juga cukup menjanjikan. sekalipun regulasinya masih ada batasan bagi orang luar Sabang untuk belanja sebesar USD 250, tetapi jika ada produk-produk impor yang dijajakan, selain menjanjikan peningkatan jumlah kunjungan, keuntungan dari bisnis ini pun bisa cukup renyah. Manfaatkan peluang perjanjian perdagangan bebas ASEAN - China Free Trad Area (ACFTA).
Kalau anda belum yakin, tidak apa-apa. Anda boleh datang melihat langsung dan bertanya kepada siapapun yang pernah berkunjung ke Sabang. Jika anda mengatakan ya, lakukan riset kecil dan buktikan saja. Kan, seorang enterpreneur itu pemberani.
27 April 2010
11 April 2010
Pulau Weh is Very Very Very Peaceful Island
Saya terpaksa meggunakan judul ini, Pulau Weh is Very Very Very Peaceful Island dalam tulisan kali ini. Pasalnya, keberadaan Pulau Weh (Weh Island) yang dari dulunya memang aman, adem dan memiliki tingkat stabilitas yang tinggi secara sosial dan politik rupanya masih belum banyak di ketahui orang.
Ada yang bahkan tidak tahu apakah aman berlayar ke Sabang. Isu seperti belakangan mencuat cukup kencang. Bisa jadi dipicu oleh sentimen orang-orang yang tidak senang dengan pertumbuhan pasar wisata Sabang, atau bisa jadi karena kita kurang menyadari pentingnya mempromosikan Pulau Weh -- mungkin sebagai pulau paling aman di dunia-- kepada pasar potensial di Asia Tenggara, Eropa maupun Australia.
Bahkan setingkat pelaku wisata di Langkawi, Malaysia saja tidak tahu kondisi Sabang seperti apa. Jika dilihat dari sisi ini, jelas bahwa selain promosi yang minim juga soal networking (jejaring) yang dimiliki. Paling tidak networking bidang pariwisata khusus pasar Asia Tenggara, Malaysia dan Thailand bisa dijadikan saluran komunikasi pasar untuk membentuk citra yang lebih positif terhadap pariwisata Sabang.
Sebab pencitraan positif sebuah destinasi wisata itu menurut sejumlah pakar pariwisata dipandang sakral dan menjadi salah satu pertimbangan para wisatawan untuk memutuskan melakukan perjalanan atau tidak ke suatu destinasi.
Kasihan juga bila negeri sedamai Sabang ini tidak banyak diketahui pasar turis. Selama terjadi guncangan aksi teroris di dunia dalam satu dekade ini, keamanan sebenarnya menjadi salah satu faktor kompetitif. Boleh jadi satu destinasi memiliki daya tarik kuat, tetapi faktor keamanan dan kenyamanan akan selalu menjadi pertimbangan penting.
Sekali lagi, saya ingin mendeklarasikan bahwa Pulau Weh is Very Very Very Peaceful Island. A destination you have to go, feel experience and get excite in the island like you were at home. Now Every day you are WELCOME! The nature of Sabang is peace and convenience.
Perjalanan waktu selama tiga dekade terakhir membuktikan, konflik atau bahkan isu teroris-terorisan yang belakangan hangat di Aceh. Sabang tetap aman dan nyaman Bung. (ferdi nazirun sijabat : stpb)
Ada yang bahkan tidak tahu apakah aman berlayar ke Sabang. Isu seperti belakangan mencuat cukup kencang. Bisa jadi dipicu oleh sentimen orang-orang yang tidak senang dengan pertumbuhan pasar wisata Sabang, atau bisa jadi karena kita kurang menyadari pentingnya mempromosikan Pulau Weh -- mungkin sebagai pulau paling aman di dunia-- kepada pasar potensial di Asia Tenggara, Eropa maupun Australia.
Bahkan setingkat pelaku wisata di Langkawi, Malaysia saja tidak tahu kondisi Sabang seperti apa. Jika dilihat dari sisi ini, jelas bahwa selain promosi yang minim juga soal networking (jejaring) yang dimiliki. Paling tidak networking bidang pariwisata khusus pasar Asia Tenggara, Malaysia dan Thailand bisa dijadikan saluran komunikasi pasar untuk membentuk citra yang lebih positif terhadap pariwisata Sabang.
Sebab pencitraan positif sebuah destinasi wisata itu menurut sejumlah pakar pariwisata dipandang sakral dan menjadi salah satu pertimbangan para wisatawan untuk memutuskan melakukan perjalanan atau tidak ke suatu destinasi.
Kasihan juga bila negeri sedamai Sabang ini tidak banyak diketahui pasar turis. Selama terjadi guncangan aksi teroris di dunia dalam satu dekade ini, keamanan sebenarnya menjadi salah satu faktor kompetitif. Boleh jadi satu destinasi memiliki daya tarik kuat, tetapi faktor keamanan dan kenyamanan akan selalu menjadi pertimbangan penting.
Sekali lagi, saya ingin mendeklarasikan bahwa Pulau Weh is Very Very Very Peaceful Island. A destination you have to go, feel experience and get excite in the island like you were at home. Now Every day you are WELCOME! The nature of Sabang is peace and convenience.
Perjalanan waktu selama tiga dekade terakhir membuktikan, konflik atau bahkan isu teroris-terorisan yang belakangan hangat di Aceh. Sabang tetap aman dan nyaman Bung. (ferdi nazirun sijabat : stpb)
06 April 2010
Selamat Tinggal 3S
Pariwisata pada dasarnya memang identik dengan 3S (Sun, Sea and Sand),semua sumber daya alam yang berbasis 3S ini dinilai layak jual ke pasar wisata. Kecendurangan ini pada perkembangan akhir-akhir ini dinalai tidak lagi memadai untuk menarik kunjungan wisatawan ke satu kawasan. Khususnya Quality Tourist, yang bersedia belanja lebih di kawasan destinasi wisata.
Sejumlah daerah kawasan wisata di dunia sejak tahun 1990 mulai putar otak memikirkan bagaimana menciptakan citra dan kesan destinasi yang berkualitas, lebih menonjolkan aktivitas di level urban, konvensi dan olah raga.
Prof Badaruddin Mohammed dari Univesitas Sains Malaysia mengungkapkan lahirnya tren pengembangan pariwisata berbasis urban (perkotaan) dalam konteks Malaysia guna menjawab semakin sempitnya ceruk pasar yang tersedia di sektor 3S. Apalagi, produk 3S ini sifatnya dapat digantikan oleh produk yang sama di negara lain.
Sebagai buktinya, dia merujuk ke sejumlah kota-kota besar di Malaysia seperti Kuala Lumpur, Penang, dan Malaka menjadi daerah yang paling banyak dikunjungi wisatan (top visit).
Tanpa bermaksud mengeliminir besarnya kontribusi produk 3S di Sabang, khususnya di pasar minat khusus penyelaman (diving) dengan daya tarik taman laut. Akan tetapi, jika produk wisata Sabang tidak didivesifikasikan ke sektor-sektor lainnya dan pengembangan daya tarik baru, maka upaya meningkatkan kunjungan wisatawan ke Sabang hingga 10 tahun ke depan tidak akan mengalami kenaikan signifikan, dengan kalkulasi masih di bawah 4000 per tahun berdasarkan data Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Sabang. (Ferdi Nazirun Sijabat)
Sejumlah daerah kawasan wisata di dunia sejak tahun 1990 mulai putar otak memikirkan bagaimana menciptakan citra dan kesan destinasi yang berkualitas, lebih menonjolkan aktivitas di level urban, konvensi dan olah raga.
Prof Badaruddin Mohammed dari Univesitas Sains Malaysia mengungkapkan lahirnya tren pengembangan pariwisata berbasis urban (perkotaan) dalam konteks Malaysia guna menjawab semakin sempitnya ceruk pasar yang tersedia di sektor 3S. Apalagi, produk 3S ini sifatnya dapat digantikan oleh produk yang sama di negara lain.
Sebagai buktinya, dia merujuk ke sejumlah kota-kota besar di Malaysia seperti Kuala Lumpur, Penang, dan Malaka menjadi daerah yang paling banyak dikunjungi wisatan (top visit).
Tanpa bermaksud mengeliminir besarnya kontribusi produk 3S di Sabang, khususnya di pasar minat khusus penyelaman (diving) dengan daya tarik taman laut. Akan tetapi, jika produk wisata Sabang tidak didivesifikasikan ke sektor-sektor lainnya dan pengembangan daya tarik baru, maka upaya meningkatkan kunjungan wisatawan ke Sabang hingga 10 tahun ke depan tidak akan mengalami kenaikan signifikan, dengan kalkulasi masih di bawah 4000 per tahun berdasarkan data Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Sabang. (Ferdi Nazirun Sijabat)
05 April 2010
Penelitian di Sektor Wisata itu Penting, Bung!
Sekalipun bukan satu-satunya faktor penentu, tetapi penelitian itu diperlukan untuk pembangunan dalam konteks apapun. Sebagai contoh, untuk pengambilan keputusan dan pembuatan kebijakan perlu adanya dukungan data yang kongkrit dan akurat. Sebab tanpa data kebijakan maupun keputusan yang dibuat bisa melencen dari tujuan dan sasaran yang diharapkan.
Beranjak dari argumen itu, saya melihat ada kesempatan yang besar untuk memulai adanya penelitian dalam konteks pembangunan kepariwisataan di Sabang. Dalam satu dekade terakhir, penelitian di sektor pariwisata hanya pernah dilakukan oleh Aceh Institute pada tahun 2008. Setelah itu, nyaris tak ada lagi terdengar adanya penelitian.
Kegiatan penelitian di Sabang, bukan hanya di sektor wisata, tak ubahnya lembah yang belum dijamah tangan-tangan kreatif manusia. Saya meyakini Penelitian (research) adalah pintu masuk untuk menghasilkan temuan-temuan yang memberikan kontribusi besar untuk pengembangan pariwisata di Sabang.
Hal ini telah dibuktikan di banyak daerah, katakanlah Bali, kita bisa menemukan adanya hasil-hasil penelitian yang digarap para peneliti di Universitas Udayana. Begitupula dengan Malaysia, pada awal pengembangan sektor pariwisata di daerah itu, penelitian justru digalakkan untuk menjawab berbagai persoalan mendasar dan terapan. Mari buka cakrwala pengembangan pariwisata Sabang, menyelaminya lebih mendalam dengan melakukan penelitian. (Ferdi Nazirun Sijabat)
Beranjak dari argumen itu, saya melihat ada kesempatan yang besar untuk memulai adanya penelitian dalam konteks pembangunan kepariwisataan di Sabang. Dalam satu dekade terakhir, penelitian di sektor pariwisata hanya pernah dilakukan oleh Aceh Institute pada tahun 2008. Setelah itu, nyaris tak ada lagi terdengar adanya penelitian.
Kegiatan penelitian di Sabang, bukan hanya di sektor wisata, tak ubahnya lembah yang belum dijamah tangan-tangan kreatif manusia. Saya meyakini Penelitian (research) adalah pintu masuk untuk menghasilkan temuan-temuan yang memberikan kontribusi besar untuk pengembangan pariwisata di Sabang.
Hal ini telah dibuktikan di banyak daerah, katakanlah Bali, kita bisa menemukan adanya hasil-hasil penelitian yang digarap para peneliti di Universitas Udayana. Begitupula dengan Malaysia, pada awal pengembangan sektor pariwisata di daerah itu, penelitian justru digalakkan untuk menjawab berbagai persoalan mendasar dan terapan. Mari buka cakrwala pengembangan pariwisata Sabang, menyelaminya lebih mendalam dengan melakukan penelitian. (Ferdi Nazirun Sijabat)
Transformasi Knowledge
Memang belum ada survey resmi, apakah seluruh masyarakat Sabang sebagai pihak pelingkup kawasan obyek wisata menyadari peran dan kontribusi sektor pariwisata bagi kehidupan mereka. Jadi,secara ilmiah belum bisa dibuktikan. Tetapi, dari pengamatan kasat mata terhadap gejala dan respon masyarakat terlihat baru skala kecil masyarakat saja yang boleh dikategorikan sebagai masyarakat yang masuk kategori "sadar wisata".
Beberapa dari mereka berdomisili di sekitar daerah obyek wisata seperti Iboih, Gapang dan sebagian kecil di Sumur Tiga dan Anoi Itam. Sedangkan masyarakat yang berada jauh dari obyek wisata, hampir tidak merasakan adanya benefit dari sektor wisata.
Jadi, masalahnya apa? Bukankah daerah ini sejak dulu digadang-gadangkan jadi andalan wisata Aceh. Lagi pula kesadaran masyarakat terhadap keberadaan pariwisata didaerahnya mesti tumbuh sejalan perkembangan kepariwisataan itu sendiri. Nah, ada perosalan apa sebenarnya dengan pariwisat Sabang.
Beberapa dari mereka berdomisili di sekitar daerah obyek wisata seperti Iboih, Gapang dan sebagian kecil di Sumur Tiga dan Anoi Itam. Sedangkan masyarakat yang berada jauh dari obyek wisata, hampir tidak merasakan adanya benefit dari sektor wisata.
Jadi, masalahnya apa? Bukankah daerah ini sejak dulu digadang-gadangkan jadi andalan wisata Aceh. Lagi pula kesadaran masyarakat terhadap keberadaan pariwisata didaerahnya mesti tumbuh sejalan perkembangan kepariwisataan itu sendiri. Nah, ada perosalan apa sebenarnya dengan pariwisat Sabang.
Menurut pegiat NGO, Fakhrulsyah Mega, yang belum dilakukan selama adalah "transformasi knowledge". Masyarakat belum diberikan pemahaman, apa benefit sektor pariwisata buat mereka. Apa peran, partisipasi dan kontribusi masyarakat. Minimnya Transformasi Knowledge mempunyai korelasi yang erat dengan rendahnya pemahaman masyarakat terhadap sektor wisata.
Secara tidak langsung, faktor ini membuat masyarakat enggan kurang berminat untuk terlibat secara langsung maupun tidak langsung. Padahal dalam konteks pembangunan pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism), keterlibatan masyarakat merupakan hal yang paling substansi. Dalam hal saya pikir tak jadi soal kalau masyarakat "diprovokasi" untuk melibatkan diri dalam pembangunan sektor pariwisata.
Kalau ingin berhasil pembangunan sektor pariwisata di Sabang, maka pilihannya menurut Fakhrul tak ada lain, masyarakat harus diberikan pemahaman apa manfaat pariwisata bagi mereka. Pandangan Fakhrul dalam amatan saya ada benarnya jika dilihat dari realitas masyarakat Sabang hari ini. Dengan mengecualikan masyarakat di sekitar daerah obyek wisata, maka umumnya masyarakat Sabang masih belum menilai adanya manfaat dan peluang yang bisa mereka raih dari sektor ini.
Padahal ada sejumlah peluang pekerjaan dan bisnis yang bisa mereka dapatkan, misalnya saja dengan menjadi pemandu wisata (guide), membuka bisnis suvenir, maupun menjual jasa yang berkaita dengan sektor wisata. Atau menjadi agen dan biro perjalan ke Sabang (inbound tour).(kpw).
Secara tidak langsung, faktor ini membuat masyarakat enggan kurang berminat untuk terlibat secara langsung maupun tidak langsung. Padahal dalam konteks pembangunan pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism), keterlibatan masyarakat merupakan hal yang paling substansi. Dalam hal saya pikir tak jadi soal kalau masyarakat "diprovokasi" untuk melibatkan diri dalam pembangunan sektor pariwisata.
Kalau ingin berhasil pembangunan sektor pariwisata di Sabang, maka pilihannya menurut Fakhrul tak ada lain, masyarakat harus diberikan pemahaman apa manfaat pariwisata bagi mereka. Pandangan Fakhrul dalam amatan saya ada benarnya jika dilihat dari realitas masyarakat Sabang hari ini. Dengan mengecualikan masyarakat di sekitar daerah obyek wisata, maka umumnya masyarakat Sabang masih belum menilai adanya manfaat dan peluang yang bisa mereka raih dari sektor ini.
Padahal ada sejumlah peluang pekerjaan dan bisnis yang bisa mereka dapatkan, misalnya saja dengan menjadi pemandu wisata (guide), membuka bisnis suvenir, maupun menjual jasa yang berkaita dengan sektor wisata. Atau menjadi agen dan biro perjalan ke Sabang (inbound tour).(kpw).
Subscribe to:
Posts (Atom)