ALI TAUFIK NYANTRI DI GERMAN-MALAYSIA INSTITUTE
Alhamdulillah saya terpilih sebagai salah satu penerima beasiswa penuh dari Pemerintah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam untuk melanjutkan studi di Jerman, briefing di Banda Aceh mengatakan kami akan diberangkatkan pada hari Senin tanggal 10 Desember 2008 atau hari ketiga lebaran Idul Adha.
Hari minggu sore saya mendapat telepon dari Panitia Beasiswa bahwa besok tanggal 10 Desember 2008 akan ada pertemuan sekaligus pelepasan calon mahasiswa Aceh ke Jerman di Kantor Gubernur pada pukul 07.30 wib dan diharapkan kami dapat hadir tepat waktu sekaligus membawa materai Rp. 6.000 sebanyak 2 (dua) lembar untuk administrasi.
Pagi 10 Desember 2008 pada jam yang telah ditentukan kami telah berkumpul semua dan acara langsung dipimpin oleh Wakil Gubernur Aceh M.Nazar, S.Ag dalam sambutannya mengatakan bahwa Pemerintah Aceh sekarang memfokuskan diri untuk mengembangkan SDM karena kita tertinggal jauh dengan provinsi lain di Indonesia, untuk tahun 2009 Pemerintah Aceh akan mengusulkan dana sebesar Rp. 150 milyar dalam rangka mengirim putra/putri Aceh ke luar negeri dan diharapkan bagi mereka untuk mengambil kesempatan ini dengan cara mempersiapkan diri berbekal bahasa Inggris.
Selesai pelepasan oleh Wagub, pihak Panitia memberikan tiket pesawat Air Asia dan kami wajib berkumpul di Bandara Iskandar Muda sore itu juga pukul 15.00 wib karena Air Asia dari Banda Aceh ke Kuala Lumpur akan take off pada pukul 16.45 wib.
Kuala Lumpur
Penerbangan Banda Aceh - Kuala Lumpur hanya 80 menit namun karena perbedaan waku Aceh dengan Kuala Lumpur 1 (satu) jam membuat kami tiba di Kuala Lumpur sekitar Pukul 19.00 waktu Kuala Lumpur.
Di LCCT kami sudah ditunggu oleh staff GMI (German-Malaysia Institute) dengan Bus besar sebanyak 3 (tiga) unit untuk membawa penerima beasiswa belajar bahasa Jerman yang berjumlah 76 orang, perjalanan dari LCCT ke GMI sekitar 1 jam, GMI adalah bangunan yang baru dibangun berada di dekat kampus UKM (University Kebangsaan Malaysia) Bangi – Selangor, bangunan GMI bergaya minimalis modern dengan konsep daerah tropis, saya mendapat kunci nomor B.2.9.1, artinya tempat tinggal saya di Blok B2 lantai 9 Apartemen 1, dalam apartemen yang saya tempati terdapat 3 kamar tidur terdiri dari 2 kamar tidur untuk 2 orang dan 1 kamar tidur untuk 1 orang, jumlah penghuni yang tinggal satu Apartemen adalah 5 Orang, dan dalam Apartemen kami terdapat 3 kamar mandi, dapur, ruang nonton TV, ruang makan, ruang serbaguna serta perlengkapan keluarga seperti kulkas, alat pemanas air, strika, tempat jemuran, dan 2 kamar kecil untuk gudang, dan naik turun apartemen mengunakan lift.
Fasilitas lain yang tersedia di komplek GMI sangat menarik sepert wi-fi internet, komplek Teknologi, komplek olah raga (futsal, bola volley, bola kaki, tenis lapangan, bulutangkis, basket indoor dan out door), kami dipersilakan menggunakan fasilitas olah raga dengan mengisi jadwal dan menyerahkan kepada panitia untuk disediakan kunci dan keperluan permainan, yang jelas tinggal di GMI benar-benar terhormat..!!
Kadang sering bercanda dengan teman-teman di Apartemen, bahwa hanya terdapat sedikit perbedaan antara kita di Aceh dengan Malaysia adalah walaupun kita tinggal di lantai 9 air tetap lancar di Malaysia, walaupun tinggal di lantai 1 air tetap tidak lancar di Aceh, perbedaan sangat sedikit antara lancar dan tidak lancar????
Selain yang menyenangkan juga terdapat yang kurang menyenangkan, untuk Apartemen kami tempati tidak diizinkan membawa masuk tamu ke dalam Apartemen walaupun keluarga, dan bila keluarga tetap ingin tinggal di GMI dapat diberikan Apartemen lain dengan biaya sewa sebesar 200 RM per hari atau sekitar Rp 660.000,- (enam ratus enam puluh ribu rupiah) tapi inipun sangat tergantung nilai tukar rupiah terhadap ringgit.
Belajar di GMI
Belajar di GMI kami dipisah menjadi 4 kelas, setiap kelas terdapat sekitar 20an peserta, Tenaga Pengajar campuran antara Native Speaker Jerman dengan Orang Melayu, saat ini kami masih belajar tingkat dasar mulai dari meng-eja huruf satu persatu sampai cara memperkenalkan diri dalam bahasa Jerman, bahasa pengantar adalah bahasa Inggris. Kami hanya diperbolehkan menggunakan bahasa German atau Inggris selama belajar, namun lain hal nya bila di Apartemen, kami masih sangat sering menggunakan bahasa Ēndatu, hal yang tidak terbayang sebelumnya adalah banyak persamaan bahasa Aceh dengan bahasa Jerman (mungkin saling mempengaruhi) seperti contoh, Bitte Langsam (German) artinya tolong pelan-pelan (Langsam =pelan-pelan), pengucapan huruf bahasa Jerman sama persis dengan bahasa Indonesia dari (A – Z) seperti pengucapan ( “A” juga dibaca “A” bukan “E” seperti Inggris)(“B” dibaca “Be” bukan “Bi”)(“H” dibaca “Ha” bukan “Exs”), namun bahasa Jerman menggunakan huruf tambahan yang disebut um laut (Ä, Ë, Ö dan β) sekali lagi seperti pengucapan bahasa Aceh khususnya Aceh Besar atau Aceh Barat pada saat mengucapkan “R” dalam kerongkongan.
Setiap hari kami mendapat pelajaran di kelas selama 3 atau 4 jam saja sedangkan sisanya belajar sendiri di rumah dengan PR yang banyak, karena menurut Pengajar, belajar bahasa baru yang belum pernah tahu sebelumnya, tidak dapat dipaksakan dan harus lebih banyak belajar sendiri dan bila terkendala akan dibahas di dalam kelas, terasa memang masih sangat rumit belajar bahasa Jerman bagi yang belum pernah belajar sebelumnya.
Tapi bahasa Jerman dapat kita temukan dengan mudah diinternet, bagaimana pengucapan yang benar, penggunaan kata-kata yang paling sering digunakan serta kamus (Wortelbuch) digital lengkap dengan pengucapan.
Hal yang sangat menyenangkan adalah system pengajaran yang diberikan oleh GMI kepada peserta, kami diperlakukan sebagai mitra kerja bukan sebagai murid dan diperbolehkan menggunakan sandal serta membawa makanan dan minuman ke dalam kelas.
Allowance
Idealnya saya tidak menulis ini (kurang sopan) tapi budaya Aceh memang harus kita perjelas sampai detail dan masalah bantuan yang diberikan kepada penerima beasiswa diserahkan setiap akhir minggu, besarnya?? (“Percayalah,!! lebih dari cukup untuk konsumsi saya di Malayasia”), visa passport yang sebelumnya diberikan single entry (sekali masuk dan tidak boleh pulang selama 6 bulan) sekarang sudah diubah oleh pihak imigrasi Malaysia menjadi multiply entry (dapat pulang pergi), banyak teman-teman berencana untuk mempermahir bahasa Inggris di Singapore, Thailand dan Philipina pada akhir minggu, karena akses ke Negara itu dapat dilalui lewat darat kecuali ke Philipina.
Harapan
Melihat upaya Pemerintah Aceh saat ini perlu kita acungkan 2(dua) jempol sekaligus dalam meng-upgrade kualitas manusia, mudah-mudahan kesempatan yang diberikan dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh orang Aceh, persiapan bahasa Inggris jangan tunggu sampai besok manfaatkan kesempatan selagi masih berpeluang, dan selesai membaca tulisan ini siapkan beberapa teman untuk menyusun dimana, kapan dan siapa yang akan diajak untuk belajar bahasa Inggris bersama, dan saya menunggu teman-teman dari Sabang di GMI untuk sama-sama kita belajar di Eropa. Salam dari Kuala Lumpur. Tulisan ini saya buat untuk memotivasi sahabat saya yang masih di Sabang (M.Ali Taufik) :alitaufik72@yahoo.com